Saturday, February 8, 2014

Cerita tentang PKI


Apa yang ada di gambaran kita tentang PKI? seberapa benar tahukah kita tentang PKI? sebelum mengetahui tentang PKI sudah tahukah kita tentang sejarah Presiden Pertama kita? Bagaimana saat pergeseran pemimpin presiden pertama yang selalu di puja kini nasibnya tak ubahnya seperti presiden ke dua dicela dan dihina. Namun seiringnya masa kerinduaan akan orang-orang besar pemimpin bangsa akan selalu terjadi, bahwa kejelekan, kesalahan melangkah adalah secuil dari jasa-jasa besar mereka untuk bangsa ini.
Lambang kebesaan PKI adalah Palu Arit, yang berarti partai rakyat kecil, sehingga perkembangannya lebih besar di pedesaan. Dengan iming-iming memberikan tanah, PKI mengajak orang-orang kecil bergabung dan berjanji memajukan para petani.
Paham sosial komunis terlahir karena ketidak setujuannya dengan paham kapitalis, sehingga tanah pki di dapat dari para tuan tanah serta orang-orang kaya dikala itu, mereka beranggapan “kamu terlalu banyak memiliki tanah seharusnya di bagi untuk yang tidak punya”. Perebutan tanah sendiri biasa terjadi dimalam hari, dengan bersenjatakan clurit maupun arit serta pacul, ratusan orang datang ke suatu desa kemudian dengan semena-mena menanami tanah milik orang lain, tanah milik pemerintahpun tak luput dari perebutan. Dari kejahuan kedatangan rombongan PKI yang akan merebut tanah sudah diketahui masyarakat, mereka akan lari kerumah dan menutup pintu rapat-rapat, mengintip pun tidak ada yang berani, secara serentak mereka menyanyikan lagu genjer-genjer yang begitu menggema di malam yang sunyi.

Nafsu Soekarno
Seperti yang kita tahu di zaman itu ada istilah “ganyang malaysia”. Begitu nafsunya soekarno ingin memluluh lantahkan malaysia agar tidak congkak, agar nama indonesia tidak di buat main-main, Akan tetapi beberapa jendral di angkatan Darat merasa tidak yakin akan memenangkan pertempuran melawan ingris, disamping itu para jendral juga takut untuk mengatakan tidak, takut soekarno akan mengamuk. akibatnya pertempuran yang terjadi di perbatasan hanya setengah hati, tidak sepenuh jiwa. Dampaknya pun sangat fatal, banyak korban dari indonesia karena yang dihadapi adalah tim khusus dari ingris dan australia yang sekelas dengan kopasus, sementara indonesia  walau banyak tetapi kebanyakan adalah sukarelawan yang hanya bermodal nekat tanpa pelatihan khusus.
Soekarno merasa dilecehkan kemudian merangkul PKI. bagi Soekarno malaysia adalah musuh nomor satu. Di pemerintahan musuh terbesar PKI adalah Angkatan Darat, ketika merasa Soekarno di hianati beberapa prajurit bergabung dengan PKI mereka merasa kecewa, mereka menganggap para jendral pengecut tidak berani melawan malaysia.

Kebencian pada PKI
Jika dikalangan pemerintah musuh terbesar adalah Angkatan Darat, untuk kalangan masyarakat musuh terbesar adalah umat islam. Karena perilaku PKI tidak sedap di pandang, bagaimana tidak mereka berpesta pora mabuk-mabukan di jalanan, melakukan tari telanjang pria dan wanita, istrimu juga istriku.
Sebenarnya tidak hanya islam yang tidak suka PKI, bahkan semua agama di indonesia melegalkan atas pembantaian PKI. Tahun 1948 musso memberontak di madiun, seperti yang kita ketahui di siaran TV yang biasa di tayangkan dahulu, para kyai di gorok dan kitab suci di bacok-bacok inilah kebencian yang mendalam.

keterlibatan negara-negara adidaya
Setelah berakhirnya perang dunia kedua, muncul 2 negara super power di dunia. Negara yang sama-sama kuat, negara yang sama-sama hebat tetapi 2 negara ini saling berseteru yaitu Uni Soviet dan Amerika.
Antara 2 negara perang urat saraf tidak terelakkan, perang pengaruh kekuasaan serta perluasaan kekuasaan terus terjadi. Penancapan pengaruh di negeri ini oleh soviet dilakukan musso, dengan mempromaklirkan diri sebagai presiden dengan menyebut negara indonesia menjadi “Republik Soviet Indonesia”.
Berbeda dengan musso, Aidit lebih pandai, aidit mengetahui kegagalan musso meraih massa adalah kesalahan dalam hal mencontoh, musso mencontoh seperti rusia -Uni sofie- yaitu mengajak kalangan buruh sementara di indonesia itu mayoritas petani, sehingga Aidit belajar dari cina.
Melihat komunis begitu membumi di indonesia, suatu ancama bagi Amerika, betapa bukan ancaman, jika indonesia menjadi komunis bukankah komunis telah menduduki separuh penghuni di dunia, indonesia menjadi komunis terbesar ke tiga setelah uni soviet dan cina. Jika sampai ini terjadi apalah arti kemenangan melawan Vietnam.

Isu-isu antara propaganda dan fakta
Ketegangan urat saraf di indonesia sampai pada puncaknya. Setelah tersiar kabar salah satu jendral lolos dari pembunuhan. beberapa isu adalah :
  1. Golongan anshar di tempatkan di barisan terdepan kemudian di ikuti TNI di lapisan kedua dalam mengganyang malaysia sementar PKI melindungi Negara tetapi akal liciknya PKI akan melakukan penusukan golongan anshar dan TNI dari belakang.
  2. Mengganti pancasila dengan komunis
  3. Semua berpendapat pemberontakan ini sudah direncanakan matang. Jika pemberontakan ini sukses makamungkin akan sama dengan revolusi kebudayaan di cina. yang terjadi setahun setelah pemberontakan terjadi. Sebagai akibatnya soeharto memutus hubungan diplomatik dengan negara cina.


Pembantaian
Terjadi pembantaian dimana-mana korban diperkirakan antara 500 ribu sampai satu juta di bantai di setiap sudut negeri ini.Salah satu etnis tak luput terseret dalam pergolakan ini adalah etnis tionghua. Etnis tionghua di indonesia harus menelan pil pahit atas pergeseran kekuasaan. Jika di rezim soekarno bebas berkreasi bahkan berpolitik, namun seperti yang di isukan bahwa negara cina di belakang pemberontakan, akibatnya etnis ini di buru dan dibantai, apalagi yang berhubungan dengan politik sudah dari awal hilang tanpa jejak tanpa kabar.
Inilah puncak ketakutan luar biasa etnis tionghua pada politik, menurut mereka sejarah tidak berubah, mulai dari pembantaian 10.000 etnis tinghua di baavia, perang jawa semua karena politik. sehingga mereka lebih suka berdagang tidak mau lagi turut campur dalam politik. Berdagang menurut mereka tidak ada aturan yang mengikat dan tidak merugikan penguasa.

Kebijakan Soeharto
Setelah soeharto mengambil alih pemerintahan, apa yang dilakukan soekarno dibalik, jika soekarno membubarkan partai masyumi yaitu partai islam maka seoharto melarang partai komunis. kemudian gerak-gerik etnis tionghua dibatasi, termasuk dalam politik.
Walau terlihat dibatasi gerak-gerik etnis tionghua, akan tetapi ada hal yang dibutuhkan pemerintah dan oknum yang tidak berlaku pembatasan itu. Era Orde baru adalah era pembangunan yang dibutuhkan investasi massal akan tetapi ketika pemerintah menengok para pengusaha pribumi tiada yang memenuhi syarat, hanya pengusaha dari etnis tionghua yang memiliki syarat dalam hal modal, sehingga pemerintah -soeharto- memberi perlindungan ekstra bagi mereka dalam hal bisnis , dengan demikian diharapkan adanya investasi masuk dari etnis-etnis cina di hongkong, singapura dan tempat-tempat etnis cina berkembang. Dalam rezim ini lahirlah beberapa konglomerat dari etnis tionghua dan muncul juga istilah cukong atau cukongisme. Sejarah kembali berulang sejak ratusan tahun, etnis tionghua menjadi korban untuk kesekian kalinya, isu cukong berhembus sampai terjadilah peristiwa MALARI atau Malapetaka Lima Belas Jannuari.
Sejarah telah terjadi, sebagai pembelajaran bagi kita untuk melangkah. Berbeda zaman, berbeda kondisi, pembantaian yang terjadi atas nama faham, atas nama etnis dan sebagainya tidak perlu terjadi lagi dan kita harus semakain bijak dengan tidak ada generalisasi ulah segelintir orang di pukul rata sampai mereka meninggal tidak tahu apa kesalahan mereka.

Copas dari kompasiana

+

Wednesday, February 5, 2014

10 Tips Wirausaha

Berikut merupakan 10 trik untuk memulai wirausaha :

1. Mimpi sebagai Awal

A dream is where it all started. Bangunlah mimpi Anda! Ya, bangun mimpi dan pastikan saat bermimpi Anda tidak sedang tidur! Setelah membangun mimpi, segera catat mimpi-mimpi Anda, sehingga jelas dan terencana. Mimpi harus dicatat dan dinyatakan, agar mudah mengukur pencapaiannya.
Ingat, dari seorang pemimpilah semua hal tentang inovasi produk, cara pelayanan, jasa, dan ide bisa laku dijual dan sukses. Karena mimpi tidak ada batasnya, tidak bayar pula, mimpilah dengan berani, dan beranilah bermimpi besar. Dalam dunia mimpi, tidak ada yang tidak mungkin. Tidak ada yang tidak bisa. Semua serba mungkin, semua serba bisa!

2. Percaya dan Yakin
Percaya dan yakin bahwa Anda mampu untuk meraih mimpi dan kesuksesan. Andrie Wongso bilang,“Sukses adalah hak saya”. Karena keyakinan dan kepercayaan ini, segala kendala dan tantangan yang ada di depan akan mudah ditaklukkan, dan Anda akan merasa ringan saja melakukannya.

3. Mulailah dari hal yang Anda sukai
Passion itu adalah suatu hal yang jika Anda mengerjakannya, maka hasilnya lebih baik dari orang lain meski tidak dibayar. Atau, suatu pekerjaan yang Anda mampu lakukan berjam-jam, berlama-lama, saat orang lain bosan, Anda masih saja melakukannya.
Mulailah usaha dari hal-hal yang Anda sukai.Sehingga antusiasme akan terus terjaga, meski pada saat-saat sulit. Carilah passion Anda.

4. Ketahui dan Belajarlah Dasar-dasar Bisnis
Dasar-dasar Bisnis harus dipelajari, misalnya bagaimana melakukan hal ini: *BUY LOW, SELL HIGH, PAY LATE, COLLECT EARLY* (beli lebih murah, jual dengan harga tinggi, lakukan pembayaran di belakang, dan terimalah pembayaran di depan). Ilmu dasar berbisnis mutlak harus dipelajari. Aspek-aspek produksi, pemasaran, keuangan dan pengembangan bisnis adalah aspek utama yang harus diketahui.

5. Jangan Takut Mengambil Resiko
Orang sukses adalah pengambil resiko. Jadi bukan resiko yang harus dihindari, tapi bagaimana membuat agar resiko itu tidak terjadi. Bukan dihindari, tapi di manajemen, diatur sedemikian rupa agar resiko dapat diminimalkan! Pepatah bijak mengatakan “The Giant that you will be able to achieve is directly proportional to the risk taken“.
Resiko selalu ada di setiap bisnis, bahkan di semua tindakan. Semua hal ada resikonya. Berani mengambil resiko adalah kunci awal dalam dunia usaha. Biasanya, berlaku hukum keseimbangan: Hi-Risk=Hi-Profit. Meski tidak selalu begitu. Tapi resiko terbesar adalah menunda action, karena pasti akan tertunda pula suksesnya, dan lebih buruk lagi: Pasti gagal!

6. Carilah Guru, Penasihat Spiritual, dan Konsultan
Ini sangat penting, bergaul dengan orang-orang yang tepat. Jika ingin jadi pengusaha sukses, banyaklah berteman dengan pengusaha yang terlebih dahulu sukses. Angkatlah mereka jadi ’mentor’. Anda tidak harus bilang ke orang tersebut untuk minta diajari, tapi dekatilah, belajarlah padanya. Cari juga Penasehat Spiritual dan Konsultan Bisnis.

7. Miliki Etos Kerja Pengusaha
Seorang pengusaha sukses pasti melakukan kerja lebih banyak dan lebih cerdas dari orang kebanyakan. Meski terlihat mereka tidak bekerjapun, sejatinya mereka berpikir dan bekerja terus-menerus.
Bahkan, jauh lebih keras dan lebih banyak dari orang lain. Tanyalah hal ini pada mereka yang sudah sukses, pasti mereka meng-IYA-kannya. Tidak segera menyerah dengan kegagalan, ulang lagi, lakukan lagi…tak berhenti sampai berhasil. Seorang pengusaha, jika memperoleh penolakan dari calon pelanggannya, maka artinya: Belum oke, atau lain waktu pasti oke.

8. Bangunlah Jaringan
Bersilaturahmilah. Bangunlah jaringan, cari teman sebanyak banyaknya. Perhatikanlah, jika ada barang dan jasa yang harganya sama, kualitasnya sama, maka orang akan cenderung memilih produk atau jasa dari orang yang sudah dikenalnya. Jaringan juga akan membantu Anda mengembangkan usaha, memperluas pasar, bahkan membantu Anda pada saat-saat sulit.

9. Berani Hadapi Kegagalan
Kegagalan merupakan sebuah vitamin untuk menguatkan dan mempertajam intuisi dan kemampuan berwirausaha. Hadapilah dengan jantan! Gagal adalah sarana belajar. Habiskan jatah gagal Anda saat muda, sukses pasti datang.

10. Bukalah Bisnis Sekarang
Bisnis yang bagus itu adalah bisnis yang sudah dijalankan, bukan cuma dihitung-hitung terus. Bisnis yang dihitung belum tentu dibuka, tapi bisnis yang dibuka, pasti dibuat perhitungannya. Menunda bisnis bukan hal yang baik. Semakin lama ditunda, maka akan semakin ragu untuk memulainya. Dan akan semakin jauh kemungkinan untuk sukses



Copas'an dari HIMPUNAN ABIASA

+

Friday, September 20, 2013

Nenek Moyang Indonesia

Dari Ilmu Linguistik

Dari kajian ilmu linguistik atau ilmu bahasa, bangsa Indonesia adalah penutur bahasa Austronesia. Sekitar 5.000 tahun lalu, bahasa ini sudah digunakan oleh manusia di nusantara. Bahasa ini konon akar dari bahasa Melayu. Bahasa Austronesia memiliki penyebaran paling luas di dunia, khususnya sebelum zaman penjajahan oleh bangsa Eropa terhadap bangsa-bangsa Asia-Afrika.
Bahasa Austronesia berkembang menjadi 1.200 bahasa lokal, dari Madagaskar, Afrika, di barat sampai di Pulau Paskah di timur, dari Taiwan di utara sampai Selandia Baru di selatan . Penyebaran bahasa Austronesia lebih luas dibanding penyebaran bahasa Indo Eropa, Aria Barat, dan Aria Timur atau Semit.
Keturunan Bahasa Austronesia tumbuh dan berkembang ratusan tahun dan digunakan oleh 300 juta manusia di Asia Timur dan Asia Pasifik. Para penutur bahasa Austronesia, beragam, misalnya mulai dari para nelayan, pelaut, pedagang, bangsawan, pengeliling dunia, sampai kaum petani di pedalaman. Sekitar 80 juta manusia penutur bahasa Austronesia hidup di kepulauan nusantara dan kepulauan Pasifik.
Jadi siapa nenek moyang manusia yang bertutur dengan menggunakan bahasa Austronesia yang tinggal di nusantara itu? Masih menjadi kontroversi di kalangan para ahli. Pendapat mereka bermacam ragam, ada yang mengatakan dari Formusa (Taiwan),  Hainan (Hongkong), Yunan (China Selatan), Filipina, atau Jepang.

Dari Bahasa Austrik

Ketua Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) Harry Truman Simanjuntak pernah berpendapat, rumpun bahasa Austronesia merupakan bagian dari bahasa Austrik. Bahasa ini berawal dari daratan Asia, kemudian terbagi dua, yaitu Austro Asiatik dan Austronesia.
Austro Asiatik menyebar ke daratan Asia, misalnya di Indo-China, Thailand, dan Munda di India Selatan. Sedang bahasa Austronesia menyebar ke selatan dan di tenggara seperti Indonesia, Filipina, Malaysia, sampai ke kepulauan Pasifik.
Menurut teori Model Out of Taiwan, bahasa Austronesia mulai mengkristal di Formusa atau Taiwan. Penutur bahasa ini bermigrasi dari daratan China Selatan 6.000 tahun yang lalu. Diperkirakan mereka berasal dari Fujian atau Guangdong, dua daerah di China Selatan.
Proses kristalisasi bahasa Austronesia di Taiwan kemudian melahirkan budaya Da-pen-keng. Budaya tersebut berkembang dan bercabang-cabang menjadi sejumlah dialek lokal. Itu terjadi sekitar 4.700 tahun lalu. Pada masa Austronesia awal tersebut manusia sudah mengerti memelihara babi dan anjing, sudah mengenal budidaya padi meski masih sederhana, menanam ubi dan tebu, membuat kain dari kulit kayu, dan membuat gerabah..
Ratusan tahun kemudian budaya mereka meningkat lagi. Misalnya mulai menggunakan peralatan dari batu dan tulang dan mulai membuat kano, perahu kecil dan sempit.
Sejumlah kelompok penutur bahasa Austronesia ini kemudian mulai berkelana ke selatan, lewat lautan, dengan menggunakan perahu yang sederhana, yang lebih banyak digerakkan oleh arus ombak lautan. Mereka terus bergerak ke arah selatan. Di antara mereka ada yang bergerak kearah Asia Tenggara, sampai ke Filipina dan Kalimantan Utara. Itu terjadi 4.500 tahun yang lalu.
Kelompok pemukim awal di Filipina atau di Kalimantan Utara ini akhirnya menciptakan bahasa Proto Malayo Polynesia (PMP), yang merupakan cabang dari induknya, Proto Austronesia.
Di kawasan baru tersebut perbendaharaan budaya mereka bertambah. Budidaya tanaman yang berasal dari biji-bijian, mulai bertambah, misalnya mulai menanam kelapa, sagu, sukun, dan pisang. Pada saat itu, perhubungan laut juga mulai meningkat. Teknologi pelayaran mereka mulai canggih. Maka di antara mereka mulai ada yang bermigrasi ke pulau-pulau di nusantara, misalnya ke Sulawesi dan Maluku. Bahkan ada yang sampai ke pulau Mikronesia, Lautan Pasifik.
Dalam tahap selanjutrnya, puluhan tahun kemudian, mereka ada yang bermigrasi ke Jawa, Sumatra, dan Semenanjung Malaka. Ke arah timur, mereka menuju ke Nusa Tenggara, Maluku, Papua Barat, sampai ke kepulauan Bismarck. Di kawasan timur ini, budaya tanaman biji-bijian mereka tinggalkan dan beralih ke budidaya berbagai tanaman umbi-umbian. Bumi dan alam di nusantara bagian timur ternyata tidak cocok untuk tanaman biji-bijian.
Menurut pakar arkeologi yang lain, Daud Ario Tanudirjo, persebaran para penutur Proto Malayo Polynesia tersebut terjadi sekitar 4.000 hingga 3.300 tahun yang lalu. Hal itu ditandai luasnya distribusi gerabah berpoles merah..
KEMAMPUAN mereka mengarungi lautan jarak jauh, mendorongnya untuk terus mencari daerah baru yang kemungkinan lebih baik, atau lebih nyaman untuk hidup. Mereka telah mengenal strategi lompat katak. Dari pulau yang satu melompat ke pulau yang lain yang lebih dekat. Demikian seterusnya, sampai mereka tiba di pulau yang paling jauh.
Bahasa Proto Malayo Polynesia tersebut berkembang di kawasan barat nusantara sedangkan di kawasan Halmahera, Maluku, berkembang dan menjadi pusat bahasa-bahasa Proto Central Malayo Polynesi. Bahasa-bahasa Proto Eastern Malayo Polynesia berkembang di daerah Kepala Burung, Papua Barat dan bahasa-bahasa Proto Oceanic berkembang di Kepulauan Bismarck, Pasifik Barat dan sekitarnya.
Bentuk rumpun bahasa Austronesia ini tumbuh lebih menyerupai bentuk garu ketimbang bentuk pohon. Mengapa? Karena semua proto-bahasa dalam bentuk ini, dari Proto Malayo Polynesia hingga ke Proto Oceania menunjukkan kesamaan kognat yang tinggi, yakni lebih dari 84 persen dari 200 pasangan kata. Demikian menurut pakar arkeologi Daud Aris Tanudirjo.
Sementara itu menurut pakar bahasa Austronesia, Peter Bellwood, berbagai proto-bahasa yang pernah tersebar dari Filipina sampai Kepulauan Bismarck, boleh dikatakan satu bahasa, namun dengan sedikit perbedaan variasi dialek.

Austromelanesoid – Mongoloid

Mungkin Anda bertanya, nama makhluk apa lagi ini? Apakah ini nenek moyang kita? Jawabnya bukan! Sabar.
Dari hasil penemuan dan penelitian di pegunungan Sewu, bagian tengah Jawa Tengah-Jawa Timur, para ahli menemukan kohabitasi, bercampurnya dua suku bangsa di suatu wilayah, yaitu ras Australo-melanesid dengan ras Mongoloid dalam waktu yang hampir bersamaan. Kohabitasi dua ras tersebut jauh sebelum datangnya para penutur Austronesia yang berciri ras Mongoloid.
(1) Dalam situs purbakala di kawasan Jateng-Jatim tersebut ditemukan kerangka Austromelanesoid yang dikubur dalam posisi terlipat. Di tempat yang sama juga ditemukan kerangka Mongoloid dikubur dalam posisi terbujur.
(2) Penemuan kerangka manusia purba di daerah Wajak, dekat Tulungagung, Jawa Timur, menunjukkan ciri-ciri ras Mongoloid pada bagian wajahnya, sekaligus menunjukkan ciri-ciri ras Austromelanesid pada bentuk umum tengkoraknya. Dari bukti tersebut dapat disimpulkan, bahwa nenek moyang bangsa Indonesia adalah
  1. percampuran antara dua ras Austromelanesid dan Mongoloid yang mendiami bumi nusantara ini, gelombang demi gelombang, dalam waktu berabad-abad, kemudian bercampur dengan
  2. rumpun Asia dari India,
  3. bercampur lagi dengan rumpun Aria dari India, dan
  4. bercampur lagi dengan bangsa Semit dari Eropa, di masa-masa modern sesudahnya.Dari bukti-bukti arkeologis tersebut di atas maka orang akan sulit jika menetapkan mana sebenarnya yang disebut bangsa Indonesia yang asli. Apalagi sekarang! Zaman globalisasi. Kini dunia rasanya sudah menjadi satu. Kita sekarang sudah menjadi satu warga negara, warga negara  dunia. Kemanusiaan yang adil dan beradab – seperti yang diamanatkan oleh Sila ke-dua Pancasila — seharusnya sudah menjadi way of life semua bangsa di dunia. Apapun ideologinya, apapun filosofinya, apapun agamanya. Mankind is one!
Sumber : Nusantara Tour

+

Nenek Moyang Bangsa Indonesia

Dari Ilmu Linguistik

Dari kajian ilmu linguistik atau ilmu bahasa, bangsa Indonesia adalah penutur bahasa Austronesia. Sekitar 5.000 tahun lalu, bahasa ini sudah digunakan oleh manusia di nusantara. Bahasa ini konon akar dari bahasa Melayu. Bahasa Austronesia memiliki penyebaran paling luas di dunia, khususnya sebelum zaman penjajahan oleh bangsa Eropa terhadap bangsa-bangsa Asia-Afrika.
Bahasa Austronesia berkembang menjadi 1.200 bahasa lokal, dari Madagaskar, Afrika, di barat sampai di Pulau Paskah di timur, dari Taiwan di utara sampai Selandia Baru di selatan . Penyebaran bahasa Austronesia lebih luas dibanding penyebaran bahasa Indo Eropa, Aria Barat, dan Aria Timur atau Semit.
Keturunan Bahasa Austronesia tumbuh dan berkembang ratusan tahun dan digunakan oleh 300 juta manusia di Asia Timur dan Asia Pasifik. Para penutur bahasa Austronesia, beragam, misalnya mulai dari para nelayan, pelaut, pedagang, bangsawan, pengeliling dunia, sampai kaum petani di pedalaman. Sekitar 80 juta manusia penutur bahasa Austronesia hidup di kepulauan nusantara dan kepulauan Pasifik.
Jadi siapa nenek moyang manusia yang bertutur dengan menggunakan bahasa Austronesia yang tinggal di nusantara itu? Masih menjadi kontroversi di kalangan para ahli. Pendapat mereka bermacam ragam, ada yang mengatakan dari Formusa (Taiwan),  Hainan (Hongkong), Yunan (China Selatan), Filipina, atau Jepang.

Dari Bahasa Austrik

Ketua Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) Harry Truman Simanjuntak pernah berpendapat, rumpun bahasa Austronesia merupakan bagian dari bahasa Austrik. Bahasa ini berawal dari daratan Asia, kemudian terbagi dua, yaitu Austro Asiatik dan Austronesia.
Austro Asiatik menyebar ke daratan Asia, misalnya di Indo-China, Thailand, dan Munda di India Selatan. Sedang bahasa Austronesia menyebar ke selatan dan di tenggara seperti Indonesia, Filipina, Malaysia, sampai ke kepulauan Pasifik.
Menurut teori Model Out of Taiwan, bahasa Austronesia mulai mengkristal di Formusa atau Taiwan. Penutur bahasa ini bermigrasi dari daratan China Selatan 6.000 tahun yang lalu. Diperkirakan mereka berasal dari Fujian atau Guangdong, dua daerah di China Selatan.
Proses kristalisasi bahasa Austronesia di Taiwan kemudian melahirkan budaya Da-pen-keng. Budaya tersebut berkembang dan bercabang-cabang menjadi sejumlah dialek lokal. Itu terjadi sekitar 4.700 tahun lalu. Pada masa Austronesia awal tersebut manusia sudah mengerti memelihara babi dan anjing, sudah mengenal budidaya padi meski masih sederhana, menanam ubi dan tebu, membuat kain dari kulit kayu, dan membuat gerabah..
Ratusan tahun kemudian budaya mereka meningkat lagi. Misalnya mulai menggunakan peralatan dari batu dan tulang dan mulai membuat kano, perahu kecil dan sempit.
Sejumlah kelompok penutur bahasa Austronesia ini kemudian mulai berkelana ke selatan, lewat lautan, dengan menggunakan perahu yang sederhana, yang lebih banyak digerakkan oleh arus ombak lautan. Mereka terus bergerak ke arah selatan. Di antara mereka ada yang bergerak kearah Asia Tenggara, sampai ke Filipina dan Kalimantan Utara. Itu terjadi 4.500 tahun yang lalu.
Kelompok pemukim awal di Filipina atau di Kalimantan Utara ini akhirnya menciptakan bahasa Proto Malayo Polynesia (PMP), yang merupakan cabang dari induknya, Proto Austronesia.
Di kawasan baru tersebut perbendaharaan budaya mereka bertambah. Budidaya tanaman yang berasal dari biji-bijian, mulai bertambah, misalnya mulai menanam kelapa, sagu, sukun, dan pisang. Pada saat itu, perhubungan laut juga mulai meningkat. Teknologi pelayaran mereka mulai canggih. Maka di antara mereka mulai ada yang bermigrasi ke pulau-pulau di nusantara, misalnya ke Sulawesi dan Maluku. Bahkan ada yang sampai ke pulau Mikronesia, Lautan Pasifik.
Dalam tahap selanjutrnya, puluhan tahun kemudian, mereka ada yang bermigrasi ke Jawa, Sumatra, dan Semenanjung Malaka. Ke arah timur, mereka menuju ke Nusa Tenggara, Maluku, Papua Barat, sampai ke kepulauan Bismarck. Di kawasan timur ini, budaya tanaman biji-bijian mereka tinggalkan dan beralih ke budidaya berbagai tanaman umbi-umbian. Bumi dan alam di nusantara bagian timur ternyata tidak cocok untuk tanaman biji-bijian.
Menurut pakar arkeologi yang lain, Daud Ario Tanudirjo, persebaran para penutur Proto Malayo Polynesia tersebut terjadi sekitar 4.000 hingga 3.300 tahun yang lalu. Hal itu ditandai luasnya distribusi gerabah berpoles merah..
KEMAMPUAN mereka mengarungi lautan jarak jauh, mendorongnya untuk terus mencari daerah baru yang kemungkinan lebih baik, atau lebih nyaman untuk hidup. Mereka telah mengenal strategi lompat katak. Dari pulau yang satu melompat ke pulau yang lain yang lebih dekat. Demikian seterusnya, sampai mereka tiba di pulau yang paling jauh.
Bahasa Proto Malayo Polynesia tersebut berkembang di kawasan barat nusantara sedangkan di kawasan Halmahera, Maluku, berkembang dan menjadi pusat bahasa-bahasa Proto Central Malayo Polynesi. Bahasa-bahasa Proto Eastern Malayo Polynesia berkembang di daerah Kepala Burung, Papua Barat dan bahasa-bahasa Proto Oceanic berkembang di Kepulauan Bismarck, Pasifik Barat dan sekitarnya.
Bentuk rumpun bahasa Austronesia ini tumbuh lebih menyerupai bentuk garu ketimbang bentuk pohon. Mengapa? Karena semua proto-bahasa dalam bentuk ini, dari Proto Malayo Polynesia hingga ke Proto Oceania menunjukkan kesamaan kognat yang tinggi, yakni lebih dari 84 persen dari 200 pasangan kata. Demikian menurut pakar arkeologi Daud Aris Tanudirjo.
Sementara itu menurut pakar bahasa Austronesia, Peter Bellwood, berbagai proto-bahasa yang pernah tersebar dari Filipina sampai Kepulauan Bismarck, boleh dikatakan satu bahasa, namun dengan sedikit perbedaan variasi dialek.

Austromelanesoid – Mongoloid

Mungkin Anda bertanya, nama makhluk apa lagi ini? Apakah ini nenek moyang kita? Jawabnya bukan! Sabar.
Dari hasil penemuan dan penelitian di pegunungan Sewu, bagian tengah Jawa Tengah-Jawa Timur, para ahli menemukan kohabitasi, bercampurnya dua suku bangsa di suatu wilayah, yaitu ras Australo-melanesid dengan ras Mongoloid dalam waktu yang hampir bersamaan. Kohabitasi dua ras tersebut jauh sebelum datangnya para penutur Austronesia yang berciri ras Mongoloid.
(1) Dalam situs purbakala di kawasan Jateng-Jatim tersebut ditemukan kerangka Austromelanesoid yang dikubur dalam posisi terlipat. Di tempat yang sama juga ditemukan kerangka Mongoloid dikubur dalam posisi terbujur.
(2) Penemuan kerangka manusia purba di daerah Wajak, dekat Tulungagung, Jawa Timur, menunjukkan ciri-ciri ras Mongoloid pada bagian wajahnya, sekaligus menunjukkan ciri-ciri ras Austromelanesid pada bentuk umum tengkoraknya. Dari bukti tersebut dapat disimpulkan, bahwa nenek moyang bangsa Indonesia adalah
  1. percampuran antara dua ras Austromelanesid dan Mongoloid yang mendiami bumi nusantara ini, gelombang demi gelombang, dalam waktu berabad-abad, kemudian bercampur dengan
  2. rumpun Asia dari India,
  3. bercampur lagi dengan rumpun Aria dari India, dan
  4. bercampur lagi dengan bangsa Semit dari Eropa, di masa-masa modern sesudahnya.Dari bukti-bukti arkeologis tersebut di atas maka orang akan sulit jika menetapkan mana sebenarnya yang disebut bangsa Indonesia yang asli. Apalagi sekarang! Zaman globalisasi. Kini dunia rasanya sudah menjadi satu. Kita sekarang sudah menjadi satu warga negara, warga negara  dunia. Kemanusiaan yang adil dan beradab – seperti yang diamanatkan oleh Sila ke-dua Pancasila — seharusnya sudah menjadi way of life semua bangsa di dunia. Apapun ideologinya, apapun filosofinya, apapun agamanya. Mankind is one!
Sumber : Nusantara Tour

+